Penyair Pulo Lasmfan Simanjuntak Punya Motto Sastra : Menulis Puisi Memang Tak Pernah Mati

Jakarta,citra indonesia.id,Penyair dan Sastrawan Pulo Lasman Simanjuntak pertama kali menulis puisi berjudul IBUNDA dimuat di Harian Umum KOMPAS pada bln Juli 1977.

“Motto sastra saya adalah, menulis puisi memang tak pernah mati,” kata penyair yang ratusan karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal ini di Jakarta, Jumat (29/3/2024).

Pada saat ini tengah persiapan penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 diberi judul MEDITASI BATU.

Penyair Pulo Lasman Simanjuntak mengaku bahwa saat ini tengah persiapan untuk ‘go internasional’ mengirimkan karya puisi ke Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Taiwan, Republik Demokratik Timor Leste, Bangladesh dan negara India.

“Saya ingin memperkenalkan karya sastra Indonesia khususnya karya puisi dan sajak kepada masyarakat sastra mancanegara,” pungkasnya.

Sementara karya puisinya-selain telah diterbitkan dalam 27 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia- juga karya puisinya telah dipublish (tayang) pada 169 media online (website).

Penyair berdarah ‘batak’ yang besar di Kota Jakarta ini sering diundang membaca puisi di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.

Dilahirkan di Kota Surabaya 20 Juni 1961, bekerja sebagai wartawan media online, saat ini bermukim di Perum Pamulang Permai I, Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Kontak : 08561827332 (WA)

Berikut di bawah ini adalah sajian 14 karya puisi pilihan terbaik Penyair Pulo Lasman Simanjuntak.Selamat membaca.

Puisi
Pulo Lasman Simanjuntak

NYANYIAN TERLUKA UNTUK ANAKKU

suara batuk anakku
diketuk
dari batu penjuru
sejak matahari terbenam
berabad-abad
kita sudah terpisah
antar waktu dan pulau
hanya berjarak bumi
langit ketiga

bagi ayahmu yang lumpuh
tak mampu
menetaskan telur sperma
negeri di sana begitu terasing, nak

ibadah hanya sebatas kidung agung
tepi cakrawala tembus ke benua antartika
ataukah anakku
rajin jadi lakon sandiwara
bak menjelma
bila diperbincangkan sang pandita

hari ini juga demikian
nyaris tanaman bunga kelaparan
bertengkar dengan saudara pesakitan
tak berguna
karena sebentar lagi ia tidur lelap
jadi seekor daun pandan hijau
yang malas berjalan dengan kaki makin membengkak

hanya ada perlawanan
sia-sia membangun penjara
di samping rumah

kita harus percaya debata
anakku
nyanyikan terus
lagu sion pengharapan
walaupun terluka dengan amarah di rumah ibadah

sampai ayahmu kembali berubah rupa
menjadi seorang pujangga
yang menulis tentang busung kelaparan
tak kunjung selesai
utang piutang dan negeri yang terus kebakaran
Jakarta, Senin 24 Juli 2023

bersambung ,,,,,,,,,,,…………………….

* / Dindin Syarifuddin

252 Views
https://desakubugadang.id/ slot gacor https://rsiastellamaris.com/kesehatan klik88